Selamat hari Kesaktian Pancasila ya guys!! Yup, 1 Oktober adalah peringatan hari Kesaktian Pancasila, atau bisa dibilang sebagai terusan dari peringatan G 30 S/PKI.
G 30 S/PKI yang diperingati pada tanggal 30 September adalah sebuah kerakan dari para anggota PKI (Partai Komunis Indonesia) untuk menculik dan membuang para Jendral Indonesia ke sumur Lubang Buaya. Kabarnya, PKI berniat untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
Nah, siapa sajakah Jendral yang menjadi korban keberingasan PKI??
1. Jenderal TNI Anumerta, Ahmad Yani
Selalu berseberangan dengan PKI, membuat Ahmad Yani menjadi salah satu target utama dari PKI. Tak hanya itu, Ia juga menolak PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani. Ia pun kemudian ditembak di ruang makan rumahnya,di jalan Lembang D58, Menteng pada jam 04.35 tanggal 1 Oktober 1965. Mayatnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya.
2. Mayor Jenderal TNI Anumerta, Donald Isaac Panjaitan
Ketika menjabat sebagai Asisten IV Men/Pangad, Panjaitan berhasil membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKI. Dari situ diketahui bahwa senjata-senjata ilegal tersebut dimasukkan ke dalam peti-peti bahan bangunan yang akan dipakai dalam pembangunan gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces). Senjata-senjata itu diperlukan PKI yang sedang giatnya mengadakan persiapan melancarkan pemberontakan.
3. Letnan Jenderal TNI Anumerta, Mas Tirtodarmo Harjono
Sama seperti Ahmad Yani dan jendral-jendral lain, M.T Haryono tidak menyetujui ide PKI untuk mempersenjatai kaum buruh dan tani, atau pembentukkan Angkatan Kelima. Sebagian besar perwira AD termasuk M.T. Haryono mertimbangan adanya maksud tersembunyi di balik itu, yakni mengganti ideologi Pancasila menjadi komunis. Di samping itu, pembentukan Angkatan Kelima tersebut sangatlah memiliki resiko yang sangat tinggi. Namun karena penolakan itu pula, Ia dan para perwira lain dimusuhi dan menjadi target pembunuhan PKI dalam pemberontakan Gerakan 30 September 1965.
4. Kapten CZI Anumerta, Pierre Andreas Tendean
Beliau adalah ajudan dari Jenderal Besar DR. Abdul Harris Nasution (Menko Hankam/Kepala Staf ABRI) pada era Soekarno. Awalnya PKI mengincar A.H Nasution, namun mereka salah culik, dan menangkap ajudannya. Nasution pun selamat, tapi anaknya Ade Irma Nasution tewas tertembak. Sementara sang ajudan, Pierre Tendean ditangkap oleh segerombolan penculik dan dibunuh di Lubang Buaya.
5. Letnan Jenderal Anumerta, Siswondo Parman
Pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah ini merupakan perwira intelijen, sehingga Ia banyak tahu tentang kegiatan rahasia PKI. Karena itulah maka S. Parman termasuk salah satu diantara para perwira yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani. Penolakan inilah yang membuatnya dimusuhi dan menjadi korban pembunuhan PKI.
6. Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
R. Suprapto gugur sebagai Pahlawan Revolusi untuk mempertahankan Pancasila. Bersama enam perwira lainnya Ia dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata. Pangkatnya yang sebelumnya masih Mayor Jenderal kemudian dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal sebagai penghargaan atas jasa-jasanya. Sebelumnya, R. Suprapto juga pernah menjadi ajudan Panglima Besar Sudirman pada perang Ambarawa.
7. Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Menjelang pemberontakan G30 S/PKI, pak Toyo mengalami beberapa hal yang dirasakan kurang enak, seperti udara yang panas walaupun ruang sudah ber AC, dan bahkan memerintahkan untuk membuat rencana peringatan Hari ABRI pada 5 Oktober secara cermat kepada Ajudannya. Firasatnya pun terbukti dialami oleh Brigjen TNI Sutoyo, yaitu tanggal 1 Oktober jam 04.00 dini hari, Ia diculik dan dibunuh oleh gerombolan G 30 S/PKI. Adapun gerombolan yang bertugas menculik Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo ini dipimpin oleh Serma Surono dari Men Cakrabirawa dengan kekuatan 1 (satu) peleton.
Dengan todongan bayonet, mereka menanyakan kepada pembantu rumah untuk menyerahkan kunci pintu yang menuju kamar tengah. Setelah pintu dibuka oleh Brigjen TNI Sutoyo, maka pratu Suyadi dan Praka Sumardi masuk ke dalam rumah, mereka mengatakan bahwa Brigjen TNI Sutoyo dipanggil oleh Presiden. Kedua orang itu membawa Brigjen TNI Sutoyo ke luar rumah sampai pintu pekarangan dan kemudian diserahkan pada Serda Sudibyo. Dengan diapit oleh Serda Sudibyo dan Pratu Sumardi, Brigjen TNI Sutoyo berjalan keluar pekarangan meninggalkan tempat untuk selanjutnya dibawa menuju Lubang Buaya. Ia pun kemudian gugur dianiaya di luar batas-batas kemanusiaan oleh gerombolan PKI.
G 30 S/PKI yang diperingati pada tanggal 30 September adalah sebuah kerakan dari para anggota PKI (Partai Komunis Indonesia) untuk menculik dan membuang para Jendral Indonesia ke sumur Lubang Buaya. Kabarnya, PKI berniat untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
Nah, siapa sajakah Jendral yang menjadi korban keberingasan PKI??
1. Jenderal TNI Anumerta, Ahmad Yani
Selalu berseberangan dengan PKI, membuat Ahmad Yani menjadi salah satu target utama dari PKI. Tak hanya itu, Ia juga menolak PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani. Ia pun kemudian ditembak di ruang makan rumahnya,di jalan Lembang D58, Menteng pada jam 04.35 tanggal 1 Oktober 1965. Mayatnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya.
2. Mayor Jenderal TNI Anumerta, Donald Isaac Panjaitan
Ketika menjabat sebagai Asisten IV Men/Pangad, Panjaitan berhasil membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKI. Dari situ diketahui bahwa senjata-senjata ilegal tersebut dimasukkan ke dalam peti-peti bahan bangunan yang akan dipakai dalam pembangunan gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces). Senjata-senjata itu diperlukan PKI yang sedang giatnya mengadakan persiapan melancarkan pemberontakan.
3. Letnan Jenderal TNI Anumerta, Mas Tirtodarmo Harjono
Sama seperti Ahmad Yani dan jendral-jendral lain, M.T Haryono tidak menyetujui ide PKI untuk mempersenjatai kaum buruh dan tani, atau pembentukkan Angkatan Kelima. Sebagian besar perwira AD termasuk M.T. Haryono mertimbangan adanya maksud tersembunyi di balik itu, yakni mengganti ideologi Pancasila menjadi komunis. Di samping itu, pembentukan Angkatan Kelima tersebut sangatlah memiliki resiko yang sangat tinggi. Namun karena penolakan itu pula, Ia dan para perwira lain dimusuhi dan menjadi target pembunuhan PKI dalam pemberontakan Gerakan 30 September 1965.
4. Kapten CZI Anumerta, Pierre Andreas Tendean
Beliau adalah ajudan dari Jenderal Besar DR. Abdul Harris Nasution (Menko Hankam/Kepala Staf ABRI) pada era Soekarno. Awalnya PKI mengincar A.H Nasution, namun mereka salah culik, dan menangkap ajudannya. Nasution pun selamat, tapi anaknya Ade Irma Nasution tewas tertembak. Sementara sang ajudan, Pierre Tendean ditangkap oleh segerombolan penculik dan dibunuh di Lubang Buaya.
5. Letnan Jenderal Anumerta, Siswondo Parman
Pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah ini merupakan perwira intelijen, sehingga Ia banyak tahu tentang kegiatan rahasia PKI. Karena itulah maka S. Parman termasuk salah satu diantara para perwira yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani. Penolakan inilah yang membuatnya dimusuhi dan menjadi korban pembunuhan PKI.
6. Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
R. Suprapto gugur sebagai Pahlawan Revolusi untuk mempertahankan Pancasila. Bersama enam perwira lainnya Ia dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata. Pangkatnya yang sebelumnya masih Mayor Jenderal kemudian dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal sebagai penghargaan atas jasa-jasanya. Sebelumnya, R. Suprapto juga pernah menjadi ajudan Panglima Besar Sudirman pada perang Ambarawa.
7. Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Menjelang pemberontakan G30 S/PKI, pak Toyo mengalami beberapa hal yang dirasakan kurang enak, seperti udara yang panas walaupun ruang sudah ber AC, dan bahkan memerintahkan untuk membuat rencana peringatan Hari ABRI pada 5 Oktober secara cermat kepada Ajudannya. Firasatnya pun terbukti dialami oleh Brigjen TNI Sutoyo, yaitu tanggal 1 Oktober jam 04.00 dini hari, Ia diculik dan dibunuh oleh gerombolan G 30 S/PKI. Adapun gerombolan yang bertugas menculik Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo ini dipimpin oleh Serma Surono dari Men Cakrabirawa dengan kekuatan 1 (satu) peleton.
Dengan todongan bayonet, mereka menanyakan kepada pembantu rumah untuk menyerahkan kunci pintu yang menuju kamar tengah. Setelah pintu dibuka oleh Brigjen TNI Sutoyo, maka pratu Suyadi dan Praka Sumardi masuk ke dalam rumah, mereka mengatakan bahwa Brigjen TNI Sutoyo dipanggil oleh Presiden. Kedua orang itu membawa Brigjen TNI Sutoyo ke luar rumah sampai pintu pekarangan dan kemudian diserahkan pada Serda Sudibyo. Dengan diapit oleh Serda Sudibyo dan Pratu Sumardi, Brigjen TNI Sutoyo berjalan keluar pekarangan meninggalkan tempat untuk selanjutnya dibawa menuju Lubang Buaya. Ia pun kemudian gugur dianiaya di luar batas-batas kemanusiaan oleh gerombolan PKI.
0 komentar:
Posting Komentar